Dampakpemanfaatan media massa. Terkait pengaruh keberadaanmedia massa secara fisik. Berkaitan dengan terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa. Efek afektif, seperti berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apayang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa. Efek behavioral, seperti berkaitan pada perilaku
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media, baik elektronik maupun media cetak sebagai saluran atau channel dalam menyampaikan pesan komunikasi kepada khalayak Hariyanto, 2021, hlm. 81. Konteks komunikasi ini merupakan salah satu jenis komunikasi yang paling kompleks dan akan menyertakan bentuk komunikasi lain seperti komunikasi antar pribadi, kelompok, publik, dan oganisasi berlangsung pula dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang akan disampaikan di media massa ini. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama Mukarom, 2021, hlm. 114. Artinya, komunikasi massa dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan pada orang banyak yang tersebar di berbagai lokasi dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan. Selanjutnya, Cassandra dalam Mukarom, 2021, hlm. 114 menjelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya yang mencukupi untuk melakukannya melalui lembaga atau organisasi dan penggunaan teknologi yang mumpuni. Seperti yang diungkapkan oleh Gerbner dalam Hariyanto, 2021, hlm. 81 bahwa komunikasi kassa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling dimiliki orang dalam masyarakat industri. Sedangkan menurut Karyaningsih 2018, hlm. 31 komunikasi massa atau mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak, elektronik, berbiaya relatif mahal yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Artinya komunikasi masa juga harus disesuaikan dengan banyak segmen sekaligus, tidak dapat difokuskan pada satu target demografi saja. Sementara itu, menurut Tan dalam Maryam & Paryontri, 2021, hlm. 69 komunikasi massa adalah media massa atau elektronik yang menyampaikan pesan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim sehingga pesan tersebut dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dengan kata lain, komunikasi massa adalah komunikasi yang disampaikan melalui media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan terhadap jumlah komunikator yang sangat banyak, memiliki derajat kedekatan fisik yang rendah, saluran indrawi yang minim serta umpan balik yang biasanya tertunda karena dilakukan melalui media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, internet dan sebagainya. Karakteristik Komunikasi Massa Neuman menyatakan bahwa komunikasi massa memiliki beberapa tanda teknis yang sekaligus menjadi karakteristik komunikasi massa, sebagai berikut. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi atau timbal balik antara komunikan media dengan komunikator. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Dikontrol oleh gatekeeper, artinya orang yang berfungsi untuk mengendalikan proses media dari belakang layar. Media dapat disebarluaskan dengan konten seperti apa tentu semuanya ada di tangan gatekeeper Sementara itu menurut Mukarom 2020, hlm. 121 karakteristik dari komunikasi massa adalah sebagai berikut. Sumber atau komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan. Pesan bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi dan menyebarkan pesan, serta dapat dipotong dengan gampang. Komunikan tidak memiliki identitas anonim, banyak, tersebar dan heterogen sehingga terpaan pesan dapat diapresiasi berbeda oleh masing-masing individu. Proses umpan balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator. Karakteristik Pesan Komunikasi Massa Pesan-pesan yang disampaikan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audiens yang sangat banyak jumlahnya. Wright dalam Mukarom, 2020, hlm. 122 mengungkapkan bahwa karakteristik pesan-pesan komunikasi massa antara lain adalah sebagai berikut. PubliclyPesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada perorangan tertentu yang eksklusif, melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik. Semua anggota mengetahui, orang lain juga menerima pesan yang sama dan disampaikan secara publicy. Rapid Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audiens yang luas dalam waktu yang singkat dan simultan. Pesan-pesan dibuat secara massal dan tidak seperti fine art seni murni yang dapat dinikmati berabad-abad. Transient Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi “sekali pakai” dan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat permanen. Namun, ada pengecualian, seperti buku-buku perpustakaan, film, transkripsi-transkripsi radio, dan rekaman audio visual yang merupakan kebutuhan dokumentatif. Karakteristik Audiens Komunikator Komunikasi Massa Menurut Wright dalam Mukarom, 2020, hlm. 124 penerima atau mass audience memiliki karakteristik-karekteristik sebagai berikut. Large Besar Besarnya mass audience adalah relatif dan menyebar dalam berbagai lokasi. Khalayak televisi misalnya, merupakan perorangan-perorangan yang tersebar dalam ratusan atau ribuan bahkan jutaan keluarga, di tempat-tempat umum yang yang memasang televisi penerima. Secara bersama-sama mereka adalah audiens televisi. Heterogen Beragam Komunikasi massa ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat, yang berasal dari berbagai status sosial, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal. Heterogen adalah semua lapisan masyarakat dengan berbagai keragamannya. Anonim Tidak Dikenal Anonim diartikan anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak mengenal secara pribadi dengan komunikator. Fungsi Komunikasi Massa Menurut DeFleur dalam Mukarom, 2020, hlm. 122 fungsi komunikasi massa di antaranya adalah sebagai berikut. Surveillance Pengawasan. Fungsi ini menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan maupun yang dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Interpretation Penasiran. Fungsi ini mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpesona atau komunikasi kelompok. Linkage Pertalian. Fungsi ini bertujuan di mana media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Transmission of values Penyebaran nilai-nilai. Fungsi ini artinya bahwa media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Entertainment Hiburan. Fungsi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. Sementara itu, menurut Effendy dalam Mukarom, 2020, hlm. 122, secara umum komunikasi massa memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. Fungsi Informasi. Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Fungsi Pendidikan. Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik seperti melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa, pendengar atau pembaca. Fungsi Memengaruhi. Media massa dapat memengaruhi khalayaknya baik yang bersifat pengetahuan cognitive, perasaan affective, maupun tingkah laku conative. Efek Komunikasi Massa Manusia yang memilih media sebagai alat untuk melakukan komunikasi massa berarti telah mempertimbangkan secara matang konsekuensi apa yang akan terjadi pada dirinya. Konsekuensi itu adalah efek dari media massa itu sendiri. Beberapa efek atau dampak yang dapat diberikan komunikasi massa terdiri atas beberapa poin berikut. Efek kognitif, meliputi pembentukan dan perubahan citra, serta agenda setting. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima individu. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi ini. Informasi ini dapat membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra. Pembentukan citra ini biasanya diikuti oleh perubahan perilaku. Media massa juga membawa efek pada perubahan agenda kegiatan individu agenda setting. Efek afektif, meliputi pembentukan dan perubahan sikap, rangsangan emosional, serta rangsangan seksual. Efek behavioral, meliputi efek perilaku dan tindakan langsung yang dapat berupa perilaku prososial, agresi, dan efek sosial Maryam & Paryontri, 2021, hlm. 71. Model Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki pola-pola tersendiri yang dapat dilihat dari model komunikasinya sendiri. Beberapa model komunikasi massa ini antara lain adalah sebagai berikut. Model Transmisi. Komunikasi melibatkan interpolasi atau pengalihan pola pikir dari “peran komunikator” yang baru antara masyarakat dan penerima pesan atau audince. Menurut model ini komunikasi massa adalah proses pengaturan sendiri yang diarahkan oleh kepentingan dan permintaan pemirsa yang hanya dapat diketahui oleh pemilihan dan respons dari pemirsa tersebut atas apa yang ditawarkan oleh media. Terdapat tiga fitur penting dari model komunikasi massa yaitu a Menekankan pada peran memilih dari komunikasi massa; b Bahwa pemilihan di dasarkan pada penilaian atas apa yang disenangi pemirsa; c Komunikasi tidak memiliki tujuan khusus, di luar tujuan akhirnya. Model ritual atau ekspresif. Model komunikasi ini berhubungan dengan keinginan berbagai partisipasi, asosiasi, persahabatan dan keyakinan umum. Pandangan ritual ini tidak diarahkan pada perluasan pesan dalam ruang, tapi pemeliharaan masyarakat dalam waktu. Bukan perbuatan penanaman informasi melainkan gambaran dalam berbagai keyakinan. Disebut model komunikasi ekspresif karena penekannya juga pada kepuasan hakiki atau intrinsik dari komunikan atau komunikator. Pesan dalam komunikasi ritual biasanya ambigu, tergantung pada pengertian dan simbol-simbol yang tidak dipilih atas kemauan sendiri oleh partisipan dalam komunikasi ini, namun langsung terjadi dalam kebudayaan. Media dan pesan biasanya sulit untuk dipisahkan, dan komunikasi ritual ini relatif waktu dan perubahannya. Model publisitas, komunikasi sebagai pertunjukan dan atensi. Dalam model ini, pemirsa hanyalah sebagai penonton, bukan menjadi partisipan dari proses komunikasi atau penerima informasi. Terkadang tujuan dari media massa bukan untuk mengirimkan informasi ataupun untuk menyatukan ekspresi publik dalam hal budaya, kepercayaan, atau nilai-nilai sosial, namun secara sederhana hanya untuk menangkap dan menguasai atensi visual atau pendengaran. Media dalam model ini media di khususkan untuk mendapatkan perhatian dari cathing the eye, membangkitkan emosi dan merangsaang minat. Dalam melakukan hal tersebut, media mencapai satu tujuan ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan dari audiensnya dan secara tidak langsung menjual atensi pemirsanya kepada para pemasang iklan. Sehingga pemirsa hanyalah menjadi obyek pasar media. Model resepsi, kode dan penerimaan kode dalam media. Esensi dari pendekatan resepsi adalah untuk menemukan asal dan konstruksi dari arti pesan diambil dari media bersama dengan penerima pesannya. Pesan-pesan dari media selalu terbuka dan memiliki banyak arti dan diinterpretasikan menurut konteks dan budaya penerimanya. Prinsip kunci dari model ini meliputi a Keberagaman arti dari isi pesan dalam media; b Keberadaan dari komunitas interpretatif atas pesan-pesan dalam media, yang bervariasi; c Penerima pesan memiliki kekuasaan atau keutamaan dalam menentukan arti pesan. Referensi Hariyanto, D. 2021. Buku ajar pengantar ilmu komunikasi. Sidoarjo Umsida Press. Karyaningsih. 2018. Ilmu komunikasi. Yogyakarta Samudra Biru. Maryam, Paryontri, 2021. Psikologi komunikasi. Sidoarjo UMSIDA Press. Mukarom, Z. 2020. Teori-teori komunikasi. Bandung UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
KumpulanSoal Matematika Aljabar Cpns. Browse By Category
- Contoh komunikasi organisasi yang paling mudah ditemui adalah komunikasi antarkaryawan, komunikasi antara atasan dan bawahan, serta komunikasi antardivisi. Menurut Andre Hardjana dalam buku Komunikasi Organisasi Strategi dan Kompetensi 2016, komunikasi organisasi adalah komunikasi yang berlangsung untuk menggerakkan berbagai kegiatan karyawan secara terkoordinasi dengan tujuan yang jelas, yakni mencapai tujuan praktiknya, komunikasi organisasi tidak bergantung pada jumlah orang yang terlibat, melainkan lebih menitikberatkan pada pengaturan serta proses komunikasinya. Berikut ini beberapa contoh komunikasi organisasi Pelaporan kerja oleh manajemen bawah kepada manajemen menengah dan atas Dikutip dari buku Perilaku Organisasi 2018 karya Stephen P. Robins dan Timothy A. Judge, pelaporan kerja oleh manajemen bawah ke manajemen yang tingkatannya lebih tinggi, merupakan contoh komunikasi organisasi ke proses komunikasi ini dilakukan dari tingkatan bawah ke tingkatan lebih tinggi. Selain pelaporan kerja, contoh lain komunikasi organisasi ke atas adalah survei sikap karyawan, adanya kotak saran, prosedur penyampaian keluhan, diskusi atasan dan bawahan, serta sesi tanya jawab informal. Baca juga Komunikasi Organisasi Pengertian dan Cirinya Komunikasi antarkaryawan Dalam sebuah organisasi, komunikasi antarkaryawan sering kali terjadi, baik membahas soal pekerjaan atau komunikasi yang didasarkan pada hubungan sosial. Bentuk komunikasi ini penting dalam organisasi. Selain membuat proses kerja menjadi lebih efektif dan efisien, komunikasi ini juga membuat hubungan antarkaryawan menjadi lebih kompak dan erat. Komunikasi antara manajemen dan karyawan Contoh komunikasi organisasi ini melibatkan arus informasi ke bawah. Karena dilakukan dari tingkatan tinggi ke tingkatan lebih rendah. Misalnya, manajemen menginformasikan perihal perubahan kebijakan atau peraturan organisasi kepada karyawannya. Atau manajemen meminta karyawan untuk memperbaiki hasil kerjanya.
Masalahyang ditemukan sehubungan dengan keuntungan dan perbedaan kapasitas media "tradisional" dan media "baru" sebagai saluran komunikasi. Kita bisa mengidentifikasi empat kategori utama "media baru" yang berbagi saluran yang sama dan kira-kira berbeda dari tipe penggunaan, isi, dan konteks, sebagai berikut: 1. Media Komunikasi1Komunikasi Massa Efek dan Contoh Kasusnya Komunikasi Massa Komunikasi Massa adalah suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara luas dan terus menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai cara. Komunikasi Massa Menurut Para Ahli Menurut Joseph A. devito dalam buku Pengantar Komunikasi Massa oleh Nurudin, dia mengemukakan definisi komunikasi massa sebagai berikut “First,mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes.” komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita. Menurut Bittner Rakhmat,seperti yang disitir Komala, dalam karnilh, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Menurut Gerbner 1967 “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societes”. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat indonesia rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karnilah, Menurut Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar Rakhmat seperti yang dikutip dalam Komala, dalam Karlinah. 1999. 2Communication adalah proses berkomunikasi. Communications adalah perangkat teknis yang digunakan dalam proses komunikasi, genderang, asap, butir batu, telegram, telepon, materi cetak, siaran, dan film. Menurut Edward Sapir Communication = proses primer, terdiri dari bahasa, gestur/nonverbal, peniruan perilaku, dan pola perilaku sosial. Communications = teknik-teknik sekunder, instrumen dan sistem yang mendukung proses komunikasi, kode morse, telegram, terompet, kertas, pulpen, alat cetak, film, pemancar siara radio/TV. Menurut Wright “This new form can be distinguished from older types by the following major characteristic it is directed toward relatively large, heterogeneus, and anonymous audiences; messages aretransmitted publicly, often-times to reach most audience member simultaneously, and are transeint in character; the communicator tends to be, or to operate whitin, a complex organization thet may involve great expense” Rakhmat seperti yang dikutip dalam Komala, dalam Karlinah. 1999. Sumber Karakteristik Komunikasi Massa 1. Ditujukan ke khalayak luas, heterogen, tersebar, anonym serta tidak mengenal batas geografis dan kultural. 2. Bersifat umum bukan perorangan. 3. Penyampaian pesan berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak yang luas dalam waktu yang relatif singkat. 4. Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah. 5. Kegiatan komunikasi dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisasi. 6. Kegiatan komunikasi dilakukan secara berkala tidak bersifat temporer. 7. Isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, dll. * Media Komunikasi Massa Surat kabar Majalah Televisi Radio Film * Fungsi Sosial Media Massa Pengawasan Lingkungan Korelasi Sosial Sosialisasi Hiburan Memberikan status sosial Memperkokoh norma-norma sosial * Fungsi Media Massa Bagi Individu 3 Fasilitas dalam hubungan sosial Subtitusi dalam hubungan sosial Membantu melegakan emosi/afeksi Sarana pealrian dari ketegangan dan keterasingan Bagian dari kehidupan ritual rutin * Daya Tarik Isi Pesan Media Massa Novalty Jarak dekat atau jauh Popularitas Konflik Komedi Seks dan keindahan Emosi/Afeksi Nostalgia Human interest Sumber Kasus Bukti Baru Kasus Munir Jakarta - Mabes Polri akan segera menyerahkan bukti baru kepada Kejaksaan Agung terkait kasus pembunuhan Aktivis HAM Munir. Polisi menyatakan ada bukti baru bahwa seseorang telah bersama Munir saat transit di Bandara Changi, Singapura. Orang tersebut diduga yang memasukan racun arsenik kedalam minuman Munir. Menurut Kabareskrim Komjen Hendarso Danuri bukti itu berupa hasil penyelidikan zat kimia yang membunuh Munir yakni arsen. Mabes telah mengirim sampel organ Munir ke Laboratorium LLC di Seattle Amerika Serikat. Hasilnya diketahui bahwa arsen yang digunakan meracuni Munir ada dua jenis yakni jenis tiga dan lima yang jangka waktu bereaksinya antara setengah hingga satu jam. Polri juga telah melakukan pra rekonstruksi dengan aparat keamanan di Singapura dan menetapkan 3 TKP. Yakni tempat perencanaan pembunuhan, Bandara Changi Singapura dan Pesawat Garuda. Sementara itu mengenai dua tersangka baru berinisial IS dan RA Kabareskrim menyatakan, bahwa RA adalah seorang wanita. Sebelumnya diduga RA adalah Ramelgia Anwar yang telah ditetapkan sebagai tersangka pada tahun 2005 silam. Sementara RA yang kini ditetapkan sebagai tersangka adalah orang baru dan pernah diperiksa sebagai saksi oleh tim Penyidik Mabes Polri. Disinyalir RA yang disebut Kabareskrim adalah Rohainil Aini, Chief Sekretaris Pilot Airbus 330. Astrid Farma Putri/Sri Indro/Sup 4Menurut McLuhan, bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. “The mediumis the message,” ujar McLuhan. Medium saja sudah menjadi pesan. Ia bahkan menolak pengaruh pengaruh isi pesan sama sekali lihat McLuhan, 1964. Yang mempengauhi kita bukan apa yang disampaikan media, tetapi jenis media komunikasi yang kita bukan apa yang disampaikan media, tetapi jenis media , tetapi jenis media komunikasi jita pergunakan-interpersonal, media cetak, atau televisi. Teori McLuhan, disebut teori perpanjangan alat indra sense extension theory, menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia; telepon adalah perpanjangan teliga dan telivisi adalah perpanjangan mata. Seperti Gatutkaca, yang mampu melihat dan mendengar dari jarak jauh, begitu pula manusia yang menggunakan media massa. McLuhan menulis, “secra operasional dan praktis, medium adalah pesan. Ini berarti bahwa akibat-akibat personal dan social dari media yakni karena perpanjangan diri kita timbul karena skala baru baru yang dimasukkan pada kehidupan kita oleh perluasan diri kita atau oleh teknologi baru media adalah pesan karena media membentuk dan mengenedalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia.” McLuhan, 1964 23-24 Menurut Steven H. Chaffee Efek Media Massa ada 5 macam Efek ekonomis Efek sosial Efek pada penjadwalan kegitan Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu Efek pada perasaan orang terhadap media Kognitif Komunikasi Massa Wilbur Schramm 197713 mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternative dalam situsai. Misalkan, seorang insinyur genetis dating dan memberitahukan bahwa makhluk itu adalah “chimera’, hasil perkawinan gen manusia dengan gen monyet. Ketidakpastian Anda berkurang, dan alternative tindakan yang harus anda lakukan juga berkurang. Bila setelah Anda tanyakan makhluk itu ternyata jinak dan cerdas, maka makin sedikit alternative tindakan Anda. Sekarang realitas itu sekarang tampak sebagai gambaran yang mempunyai makna. Gambaran tersebut citra image, yang menurut Roberts 1977 “representing the totality of all information about the world any individual has processed, organized, and stored” Menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang diolah, diorganisasikan, dan disimpan indivudu. Citra adalah peta anda tentang dunia. Tanpa citra anda akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan raelitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Walter Lippman 1965 menyebutnya “pictures in orur head”. Kita agak banyak mengulas tentang citra, sebelum membicrakan efek kognitif komunikasi massa. “Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu”, ujar Roberts 1977, “tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan; dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku.” Demikian pula komunikasi massa. 5massa membantu khalayak mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam media massa Amerika, kelompok minoritas sering ditamoilkan dalam stereotip yang merendahkan Orang Negro bodoh, malas, dan curang; rang Indian liar dan ganas, orang Asia umumnya pekerja kasar, seperti pelayan, tukang cuci, dan tukang masak; oang kulit putih tentu sering muncuol sebagai “yang punya lakon” Commision on Civil Rights, 1977. Dalam film-film Indonesia wanitia sering ditampilkan makhluk cengeng, senang kemewahan, dan seringkali cerewet Belum didasarkan pada penelitian empiris. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus-menerus, akan menciptakan stereotip pada diri khalayak komunikasi massa tentang orang objek atau lembaga. Di sinilah bahaya media massa terasa. Para kritikus social memandang komunikasi massa sebagai ancaman terhadap nilai dan rasionalitas manusia. Ernest van den Haag 1958 menulis dengan tajam All mass media in the end elienate people from personal experience and, though apprearing to offset it, intensify their moral isolation from each other, from reality and from themselves. One may turn to the mass media when lonely or bored. But mass media, once they become a habit, impair the capacity for meaningful experience. Semua media massa pada akhirnya mengasingkan orang dari pengalaman personalnya, dan walaupun tampak menggocangkannya, media massa memperluas isolasi moral sehingga mereka terasing dari yang lain, dan realitas dari diri mereka sendiri. Orang mungkin berpaling pada media massa bila ia kesepian atau bosan. Tetapi sekali media massa menjadi kebiasaan, media massa dapat merusak kemampuan memperoleh pengalaman yang bermakna. Menurut van den Haag dan kritikus social lainnya, media massa menimbulkan depersonalisasi dan dehumanisasi manusia. Media massa menyajikan bukan saja realitas kedua, tetapi karena distorsi, media massa juga “menipu” manusia; memberikan citra dunia yang keliru. Dalam terminology C. Wright Mills, media massa memberikan rumus hidup yang didasarkan pada “pseudoworld’ dunia pulasan, yang tidak “attuned to the development of thehuman being” Mills, 1968- yang dengan perkembangan manusia. Lee Loevionger 1968 mengemukakan teori komunikasi yamg disebutnya sebagai “reflective-projective theory”. Teori ini beranggapan bahwa media massa adalah cermin masyarakat yang mencerminkan suatu citra yang ambigu menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam sehingga pada media massa mencerminkan citra khalayak, dan khalayak mempproyeksikan citranya pada penyajiannya media massa. Klapper, tokoh controversial yamg menumbangkan “The Power ful Media”, melihat bukan saja media mempertahankan citra khalayak; media lebih cenderung menyokong status qua ketimbang perubahan. Informasi dipilih yang sedapat mungkin tidak terlalu menggoncangkan status qua. Roberts 1977 menganggap kecenderungan ini timbul karena tiga hal 1. Reporter dan editor memendang dan menafsirkan dunia sesuai dengan citranya tentang realitas kepercayaan, nilai, dan norma. Karena citra itu disesuai dengan norma yang ada, maka ia cenderung tidak melihat atau mengabaikan alternative lain untuk mempersepsi dunia. 2. Wartawan selalu memberikan respons pada tekanan hal;us yang memrupakn kebijsaksanaan pemimpin media. 6sependapat mungkin seoerti yang diharapkan oleh kebanyakan khalyak. Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Misalnya selama beberapa tahun orang-orang Amerika memendang Nixon sebagai seorang pemimpin yang baik, sampai dua orang wartawan membongkar skandal Watergate. Mereka harus mengubah citranya. Mereka memprotes dan Nixon jatuh. Afektif Komunikasi Massa Efek Afektif Komunikasi Komunikasi mempunyai efek sebagai berikut Pembentukan dan Perubahan Sikap Pada tahun, Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang komprehensif tentang efek media massa. Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum 1. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh factor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, keanggotan kelompok atau hal-hal yang dalam buku ini disebut factor personal. 2. Karena factor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah agent of change. komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” perubahan seluruh sikap dari satu sisin masalah kesisi yang lain. 4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang –bidang dimana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial. massa cukup afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bial tidak ada predisposisi yang harus diperteguh Oskamp, 1977149. Rangsangan Emosional Anda mungkin mengalami atau melihat orang lain pernah mengalami perasaan sedih dan menangis terisak-isak ketika menyaksikan adegan yang mengharukan dalam sandiwara televise atau film. Kita mengenal film-film “cengeng” yang mendramatisasikan tragedi. Kita juga mengetahui novel-novel melankolis yang dimaksud untuk meneteskan air mata pembacanya. Jutaan rakyat India menangis menyaksikan siaran kematian Indira Gandhi; jutaan rakyat Iran meneteskan air mata ketika kematian Ayatullah Mutahhari dipancarkan stasiun radio dan televise; dan jutaan rakyat Amerika tidak sanggup menahan keharuan yang mendalam kerika penembakan Kennedy nmereka saksikan dilayar televisi. Suasana emosional yang mendahului terpaan stimuli mewarnai respons kita pada stimuli itu. Ada bebarapa factor yang mempengaruhi intensitas emosional diantara 1. Menurut Penelitian Murray, Lueba, Lucas, Shachter dan Wheeler 1962 menemukan bahwa subjek penelitian yang telah diberi obat yang merangsang system saraf 7tertawa terbahak-bahak bila anda menonton nya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka. 2. Skema kognitif, ini adalah semacam “naskah” pada pikiran kita yang menjelaskan “alur’ peristiwa. Kita tahu bahwa dalam film, ”yang punya lakon” akan menang pada akhirnya. Karena itu, kita tidak terlalu cemas ketika pahlawan kita jatuh dari jurang. Kita menduga pasti ia akan tertolong juga. Menurut Walter weiss 1969, V 93, “ Kesadaran bahwa sang pahlawan dalam kebanyakan cerita, cenderung memoderatkan goncangan emosional ketika sang pahlawan ditempatkan dalam situasi berbahaya menakutkan”. Karena alasan inilah, kita mungkin sangat kecewa ketika kita mengetahui pada akhir cerita Mr. Horn memporak perandakan skema kognotif kita, yang terbentuk dari pengalaman kita. 3. Suasana terpaan seting of exposure. Anda akan sangat ketakutan menonton film horror bila anda menontonnya sendirian dirumah tua, ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik. Beberapa penelitian yang dilaporkan Weiss menunjukkan bahwa anak mempengaruhi emosi Anda pada waktu memberikan respons. Ketakutan, juga emosi lainnya, memang mudah menular. 4. Faktor predisposisi individual mengacu pada karakteristik khas individu. Orang yang melankolis cenderung menanggapi tragedy lebih terharu daripada orang periang. Sebaliknya orang periang akan lebih terhibur oleh adegan lucu daripada orang melankolis. 5. Faktor indentifikasi menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditamoilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia ikut merasakan apa yang dirasakan tokoh . karena itu, ketika tokoh identifikasi disebut identifikan itu kalah, ia juga kecewa; ketika identifikasi berhasil itu kalah, ia ikut gembira. Mungkin juga kita menganggap seorang tokoh dalam televise atau film sebagai lawan kita. Yang terjadi sekrang ialah disidentifikasi. Dalam posisi seperti ini, kita gembira bila diindentifikan celaka, dan jengkel bila ia berhasil . Semuanya ini menunjukkan bahwa makin tinggi identifikasi atau disidentifikasi kita dengan tokoh yang disajikan, makin besar intensitas emosional pada diri kita akibat terpaan pesan media massa. Rangsangan Seksual Sejenis rangsangan emosional yang banyak dibicarakan orang adalah rangsangan seksual akibat adegan-adegan merangsang dalam media massa. Bahan-bahan erotis dalam televise, film, majalah, buku, dan sebagainya, biasanya disebut “pornografi”. Karena istilah ini terlalu abstrak , beberapa orang ahli menggunakan istilah SEM sexually explicit materils0 atau erotica Tan, 1981 231-242. Diduga oleh kebanyakan orang dan diyakini oleh sejumlah orang bahwa erotica merangsang gairah seksual, meruntuhkan nilai-nilai moral, mendorong orang gila seks, atau menggalakkan perkosaan. Menurut Lembaga The Commission on Obscenity and Pornography di Amerika Serikat menyimpulkan penelitiannya bahwa terpaan erotika, walaupun singkat bias membangkitkan gairah seksual pada kebanyakan pria dan wanitia; disamping itu ia juga menimbulkan reaksi-reaksi omosional lainnya seperti “resah”, “impulsive”, dan “gelisah”. 8Manusia juga dapat terangsang karena imajinasi. Byrne dan Lamberth melakukan eksperimen untuk meneliti kekuatan beberapa stimuli erotis, dan gambar-gambar erotis. Seringkali efek imajinasi ini dibantu oleh memori yang ada. Stimuli erotis pada media massa menimbulkan tingkat rangsangan yang berlainan bagi orang yang mempunyai pengalaman yang berbeda. Griffitt 1975 menunjukkan bahwa makin banyak pengalaman seksual seseorang, makin mudah ia terangsang oleh adegan-adegan seksual. I pula bahwa pada wanita hubungan antara pengalaman dan rangsangan itu sangat menonjol. Pornografi tidak cukup didefinisikan sebagai gambar-gambar atau adegan-adegan yang merangsang, sebab rangsangan sangat tergantung pada orangnya. Tetapi beberapa orang peneliti telah menemukan foto-foto atau adegan-adegan yang secara universal menimbulkan rangsangan seksual yang kuat. Baron dan Bryne 1979 melaporkan, beberapa penelitian, baik di Amerika maupun di Jerman, yang menunjukkan hal-hal tertentu. Misalnya, mereka mengutip penelitian Schmidt dan Sigusch yang mengunakan slides, sejak slides yang mengambarkan orang yang berciuman sampai coitus. Berbagai gambar ternyata menunjukkan tingkat rangsangan seksual yang berbeda. Behavioral Komunikasi Massa Pada waktu membicarakan efek kehadiran media massa, secara sepintas kita juga telah menyebutkan efek behavioral seperti pengalihan kegiatan dan penjadwalan pekerjaan sehari-hari. Disitu, kita melihat pada media massa semata-mata sebagai benda fisik. Disini, kita meneliti juga efek pesanmedia massa pada media massa pada perilaku khalayak. Perilaku meliputi bidang yang luas; yang kita pilih dan yang paling sering dibicarakan ialah efek komunikasi massa pada perilaku social yang diterima efek prososial behavioral dan pada perilaku agresif. Efek Prososial Behavioral Salah satu perilaku prososial ialah memilki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan seperti ini biasanya diperoleh dari saluran-saluran interpersonal orang tua, atasan, pelatih, atau guru. Teori psikologi yang dapat menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar social . kita belajar bukan saja dari pengalamn langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan modeling perilaku merupakan hasil factor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita.Bandura 28 Agresi sebagai Efek Komunikasi Massa Menurut teori beljar social dari bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamati; stimuli menjadi teladan untuk perilakunya. Orang belajar bahasa Indonesia yang baik setelah mengamatinya dalam televise. Wanita juga meniru potongan rambut Lady Di yang disiarkan dalam media massa. Selanjutnya, kita juga dapat menduga bahwa penyajian cerita atau adegan kekerasan dalam media massa akan menyebabkan orang melakukan kekerasan pula; dengan kata lain, mendorong orang menjadi agresif. Secara singkat, hasil penelitian tentang efek adegan kekerasan dalam film atau televise dapat disimpulkan pada tiga tahap 1. Mula-mula penonton mempelajari metode agresi setelah melihat contoh observational learning; 2. Selanjutnya, kemampuan penonton untuk mengendalikan dirinya berkurang disinhibition 9 4iwZMc.